first love
Kamis, 25 Mei 2017
Selasa, 29 Oktober 2013
First Love
First Love
Cowok tampan dan pendiam itu namanya Risky. Dia kuliah di
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dia memang sangat tampan sehingga
wanita-wanita apabila melihat dia terpesona dengan ketampanannya. Kebetulan
pula dia anak orang kaya.
Kenapa Aku cerita tentang Risky? Apa aku naksir dia? Mungkin
kali yaaw..! Dia emang tipe cowok idolaku. Aku cerita soal dia karena dia cinta
pertamaku. Aku ketemu sama dia karena kebetulan dia sering bermain internet di
dekat rumahku, jadi setiap Minggu aku liat dia lewat depan rumahku. Nah, si
Bella, sahabatku yang kebetulan sedang bermain internet di dekat rumahku. Dia
cerita ngeliat Risky, tiba-tiba histeris.
“Silll..! Ada cowok silll..! Siapa dia?” Jerit
Bella sambil jungkit-jungkit di kamarku. Mulanya aku terkejut, kok Bella sampe
jungkit-jungkit gitu, jadi pasti cowok itu keren bangetss. Spontan aku
mengintip di jendela. Aku langsung lemes, begitu tahu yang dilihat Bella adalah
Risky.!
“Kenapa mesti jungkit-jungkit begitu Bel?.” Dengusku kesal.
“Kirain lo ngeliat siapa!”
“Cowok sil! Keren! Imut!”
Hiiie..! Alisku langsung berkerut, kiri kanan nyambung gitu!
“Lo sakit mata Bel?”
“Lo kali yang sakit mata! Coba liat sekali lagi! Itu lho,
yang pake switer warna ijo muda. Ih, imut bangets. Ya ampuuun…., dia mau main
internet ya sill?”
“Bukan! Mau main bola!”
“Lo kenal dia nggak sil? Pasti anak sini kan?
“Kenal banget! Namanya Risky. Anak orang kaya yang kuliah di
UMJ, puas?”
“Haaa?” Kali ini tatapan Bella sudah pindah ke arahku. Dia
menatap setengah melotot. “Kuliah di UMJ? Waaah.., beruntung amat. Gampang dong
pedekatenya?”
“Pedekate apaan! Ngapain juga deketin Risky! Lo naksir
Risky?”
Bella ngangguk mantap, tinggal aku yang menatapnya setengah
mati keheranan. Kepalaku langsung tuing-tuing.
“Kenalin gue don.!”
“Lo mau gue kenalin?” Aku berkata
pasrah.
“Mau, mau!”
“Yaudah, besok!”
“Cihuyyyy..!
Aku enggak tahu apa yang ada
dikepala Bella. Masa sih dia naksir, Bella kan enggak cakep, enggak cantik. Ya,
emang sih, nggak jelek jelek banget. Pokoknya biasa-biasa aja, nggak ada istimewanya.
Lagian kan Bella orangnya rame, cerewet dan norak. Apa bisa nyambung
sama Risky, yang anak kalem kaya gitu!
Tapi akhirnya aku mengenalkan Bella
pada Risky. Pada keesokan sore harinya, dijam biasa Risky main internet di
rumahku. Supaya enggak terlalu ketara pingin kenalannya. Aku pura-pura sedang
duduk di sisi pagar depan rumah, pura-pura nunggu tukang bakso. Kok belum lewat
ya. Tadi di sana kamu liat nggak?”
“Iya, aku liat masih di ujung gang situ. Bentar lagi kali!”
“Lama bener sih, kamu mau ke warnet?”
“Iya”
“Nanti kalo ketemu adik Bella, tolong
suruh pulang ya!”
Kening Risky berkerut. Upss..! Mana dia tau adiknya Bella
yang mana. Hi hi., Cuma akal-akalan doang sih!
“Adiknya
Bella?” Tanya Risky.
“Oh iyaa,
kamu kan belum kenal temanku ya? Ini namanya Bella.”
Mereka berjabatan tangan. Ku lihat senyum Bella, sumringah.
Uhh, kayaknya dia seneng bangets bisa salaman sama Risky!
“Bella daritadi nungguin adiknya, katanya sih lagi main di
warnet. Cowok, putih, umurnya sekitar tiga belas tahun. Dia pake celana SMP,
kalo ketemu suruh ke sini ya ki. Atau kamu hubungi Bella, ini nomor hpnya!” Aku
menyebutkan nomor hp Bella yang sengaja aku sudah hapalkan. Untungnya Risky
menerimanya meski dengan raut yang masih keheranan.
Konon katanya Risky memang menelpon Bella dan mengabarkan
kalo dia enggak liat cowok tiga belas tahun yang putih dan pake celana SMP.
(Terang aja, itu kan cuma karangan kami). Momen itu dimanfaatkan Bella
dengan tanya ini itu pada Risky. Akhirnya, katanya lagi, obrolan pun berlanjut.
Besok-besoknya Bella duluan yang telepon Risky. Jadi deh mereka saling telpon
dan smsan, dan ngobrolin ini itu. Dia itu, sepenglihatanku, adalah cowok kalem.
Trus kata Bella, mereka udah deket banget. Pokoknya tinggal tunggu
saatnya,mereka pasti jadian! Tapi sumpah, aku yakin pasti Bella duluan yang
menghujani Risky dengan telepon dan sms. Iyalah, meski belum kenal betul siapa
Risky, aku yakin Risky enggak bakal ngotot nelpon atau smsan dan ngobrolin ini
itu. Dia iu, sepenglihatanku, adalah cowok kalem.
Seminggu kemudian sore-soreku penuh ocehan Bella tentang
Risky, kayaknya Bella benar-benar suka banget sama Risky. Heee…, jangan-jangan
dia bener jatuh cinta sama Risky. Lah, kok bisa ya?! Setahuku Bella itu
amburadul banget. Jenis cewek yang tidak gaul, yang sasarannya adalah cowok
yang biasa-biasa saja. Sedangkan Risky Disukai oleh cewek-cewek yang cantik.
“Kalo
ngomong sama Risky enak banget sil!”
Alisku
terangkat tinggi. “Enak? Emang kalian ngomongin apaan?”
“Yaaa…, kebanyakan sih aku yang ngomong. Dia cuma denger dan
nyahut sesekali. Tapi kalo udah nimpalin omonganku, wuieehhh…, enaaak…, adem
bangets!”
“Kebon kali adem!”
“Apalagi kalo aku lagi marah-marah, ngedumel, dia nyejukin
Aku!”
“Es batu dong!”
“Aku pingin jadi pacarnya.”
“Hah?!”
“Iya, asik kali kalo tiap malem dia curhat.”
Suatu hari
aku berpapasan dengan Risky. Seperti biasa dia akan ke warnet, sedangkan aku
kebetulan mau pergi ke warung. Dia menyapaku.
“Hai…? Sill, mau
kemana?”
“Ke warung” Jawabku sambil lalu, tapi beberapa kemudian aku
berbalik dan memanggilnya.
“Bagaimana kabar Bella?”
“Bella?” Dahinya berkerut. “Ada apa memangnya?”
“Lho, bukannya kalian pacaran?”
“Pacaran?” Wajahnya memerah kaget.
“Astaga…, Aku nggak tahu apa-apa!”
Aku tertawa, tuh kan! Cowok kalem kaya Risky mana bisa
pacaran sama Bella. Apa dia pura-pura nggak tahu.
“Kupikir kalian pacaran,
ki!” Ujarku. “Abisnya kalian akrab banget!”
“Akrab?” Lagi-lagi dia
melongo.
“Satu kali aku pernah menelponnya, bilang kalo Aku enggak
liat Adiknya itu. Terus besoknya dia yang telpon Aku. Tapi cuma dua kali.
Setelah itu kami nggak pernah kontak.”
Tapi…, tapi kata Bella, mereka..??
Aku melongo. Risky dengan raut wajahnya yang tenang berkata,
“Maafkan aku ya, Sill. Aku enggak bermaksud mengecewakan
sahabatmu. Tapi aku memang enggak bisa?
“Enggak bisa apa sih..? Aku makin nggak ngerti. Membaca
kebingunganku.
“Aku nggak bisa jadi pacarnya,” Ujar Risky. “Semoga Bella
bisa mengerti, kalau yang kubutuhkan saat ini adalah seorang yang mau ngertiin
aku dan paham tentang aku.
“Aku tertegun, sementara Risky berlalu. Jadi anggapanku salah
selama ini?!”
“Iya Sill!” Bella teriak disebelah sana.
“Risky ternyata tidak tertarik sama aku, tiap aku menelpon
pasti ada saja alasannya” Akhirnya dia bilang terus terang sama aku.
“Risky tuh…, suakanya sama kamu sill..!
“Apaa…??” Jawab dengan kaget.
“Iya Sill, dia suka sama
kamu.”
“”Kok bisa..?”
“Kata dia, kamu tuh
orang yang selama ini dia cari.”
“Oh yaa..?”
“Iyaa.”
Sore
hari aku berpapasan lagi sama Risky. Seperti biasa dia akan bermain internet,
sedangkan aku akan pergi ke warung. Dia menyapaku.
“Haiii…,
Sill. Apa kabar?”
“Baik
kok,!” Sambil tersenyum.
“Sill…,
malem Minggu besok kamu ada acara nggak..?”
“Nggak,
kenapa yaa..?”
“Kita
nonton film yuuk..? Mau nggak?”
“Yaah…,
kupikir-pikir dulud deh..!”
“Oh…,
yasudah. Kalo kamu mau, kamu telpon aku yah.?”
“Iyaaa.”
Mulanya aku terkejut, kok Risky
ngajak aku nonton film yaah. Hatiku terasa bimbang dengan ajakan Risky.
Akhirnya aku curhat dengan Bella.
“Bell..?”
“Ada apa Sill, kok tumben nelpon aku..?”
“Gini
Bell, Risky ngajak aku nonton film.”
“Kapan?”
“Besok
malem Minggu”
“Bagus
dong..! Kesempatan buat loh deketin Risky.”
“Yeee,
tapi aku takut.”
“Ngapain
takut, kesempatan nggak dateng dua kali loh. Heee…!”
“Yaudah
deh aku mau nonton film bareng dia.”
Akhirnya
setelah aku piker-pikir, aku mau nonton bareng sama dia. Saat aku sedang nonton
film, papaku menelpon aku. Aku disuruh pulang. Akhirnya tidak lama kemudian
film yang aku tonton sama dia habis. Aku keluar bersama-sama. Di luar sana dia membelikan aku pop corn dan
makan bersama didekat air mancur. Aku dan dia bercerita-cerita dan tertawa
bersama-sama. Waktu menunjukan pukul sebelas malam. Akhirnya aku pulang,
sebelum sampai di teras depan rumahku. Dia ngomong sama aku.
“Ada apa ki?”
“Aku
suka sama kamu.”
“Yaa…,
aku juga suka sama kamu!!” Jawab sambil tersenyum.
Akhirnya
aku sama Risky jadian. Aku sangat senang dan gembira. Keesokan harinya, aku
bercerita kesahabat aku si Bella, kalau aku sudah jadian.
“Bell..?
Aku sudah jadian sama Risky.”
“Cieelllaaah…,
yang lagi seneng. Syukur deh kalo sudah jadian. Selamet yaaa..!”
“Makasih
yaa, semua ini berkat dukungan kamu.”
“Iyaa.”
Aku
sama Risky memang saling ngertiin dan saling perhatian. Sehingga aku pacaran
hampir genap dua tahun aku menjalani hari-hariku bersama dia. Setiap aku ingin
bermain ke rumah Eyangku di Jawa Barat, aku selalu ditemani dia.
Pagi-pagi
sekali penuh dengan kegembiraan. Aku bercerita tentang Risky ke Bella.
“Kalo
jalan sama Risky, enak banget Bell.!”
“Tuh
kan bener apa kata aku dulu. Nggak percaya sih sama omongan aku.”
“Iya
deeh..!”
“Oh
iyaa, nggak terasa yaa, sudah hampir dua tahun kamu pacaran sama Risky.”
“Iyaaa.”
Setelah
genap dua tahun, aku dan dia putus karena tidak disetujui oleh kedua orang tua
aku dan dia. Akhirnya aku dan dia saling berjauhan dan aku berusaha melupakan
dia..! Tetapi sulit. Pada awal bulan Januari aku dijodohkan sama anak teman
baik papaku. Awalnya aku tidak mau, karena aku masih ingat dengan Risky. Tetapi
setelah aku sudah dekat sama anak temen dekat papaku, akhirnya aku bisa
melupakan Risky, pacar pertamaku.
Langganan:
Postingan (Atom)